Idealisme Para Buruh Jangan Tergerus Karena Sikap Pragmatisme Untuk Kepentingan Sesaat - BURUH TODAY

Breaking

BURUH TODAY

www.buruhtoday.com


Post Top Ad

Senin, 25 Maret 2019

Idealisme Para Buruh Jangan Tergerus Karena Sikap Pragmatisme Untuk Kepentingan Sesaat

BANDUNG - Menjelang memperingati hari buruh sedunia atau Mau Day, Bidang Konsolidasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) Provinsi Jawa Barat, Didih Permana menyatakan, para buruh yang tergabung dalam SBSI harus tetap memperjuangkan hak-hak normatif buruh. Idealisme para buruh jangan tergerus karena sikap pragmatisme untuk kepentingan sesaat.
"Ruhnya May Day yang akan dilaksanakan pada 1 Mei mendatang merupakan momen perjuangan buruh. Pada saat May Day merupakan kesempatan para buruh untuk memperjuangkan hak-hak normatif, di antaranya menolak upah murah," kata Didih di Majalaya, Kabupaten Bandung, Senin (25/3/2019).
Didih pun mendorong kepada para buruh untuk memanfaatkan momentum May Day dalam memperjuangkan nasib buruh. Mengingat masih banyak upah kerja para buruh dibawah upah minimum kabupaten Bandung, yaitu sebesar Rp 2.893.074/bulan.
"Kami berharap idialisme para buruh harus tetap kokoh. Jangan sampai idealisme buruh tergerus karena terpengaruh sikap atau prilaku pragmatisme dari pihak tertentu. Karena diberi sesuatu, perjuangan buruh mendadak diam. Kami berharap tidak seperti itu, perjuangan buruh harus terus berlangsung," katanya.
Didih tak mengharapkan idealisme para buruh luntur karena mendapatkan tawaran, hadiah atau pemberian serta ajakan dalam berbagai kegiatan, sehingga melupakan akan perjuangan buruh.
"Intinya perjuangan buruh jangan kendur berkaitan dengan menghadapi Hari Buruh Sedunia 1 Mei mendatang. Buruh harus terus berjuang memperjuangkan kepentingan ekonomi dirinya sendiri, keluarga maupun hajat hidup orang banyak," kata Didih.
Ia mengatakan, perjuangan buruh harus tetap solid dan jangan mau diiming-imingi sebuah kerja sama dalam sebuah kegiatan lain, jika kegiatan itu mengabaikan makna perjuangan buruh pada mpMay Day tersebut.
"Kami berharap, May Day merupakan momen perjuangan buruh. Karena sudah sangat nampak yang harus diperjuangkan para buruh. Selain memperjuangkan upah minimum sesuai dengan kebutuhan hidup layak, juga untuk memperjuangkan hak-hak normatif para buruh," kata Didih.
Selain itu, imbuh Didih, May Day merupakan kesempatan bagi para buruh memperjuangkan hak-hak normatif. 
"Disamping itu memperjuangkan sistem tenaga kerja, yang saat ini masih menerapkan sistem outshorsing. Selain itu masih banyak perusahaan besar yang mempekerjakan buruhnya dengan status kerja kontrak," katanya.
Didih menilai dalam beberapa tahun terakhir ini tak ada perjuangan buruh yang fokus memperjungkan nasib mereka masing--masing melalui kegiatan May Day tersebut.
"Saya melihat para buruh fokus pada kegiatan bhakti sosial melalui gerakan penanaman pohon dan membersihkan sampah di sejumlah wilayah. Sedangkan menyuarakan aspirasi buruh sepertinya kurang terdengar, meski pada saat itu ada aspirasi buruh yang disampaikan kepada sejumlah pihak," papar Didih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar