Astaga, PT HLS : Bos "Atak" Bukan Orang Sembarangan Untuk di Temui - BURUH TODAY

Breaking

BURUH TODAY

www.buruhtoday.com


Post Top Ad

Sabtu, 01 Juli 2017

Astaga, PT HLS : Bos "Atak" Bukan Orang Sembarangan Untuk di Temui

BATAM - Terkait dugaan ratusan anak buah kapal (ABK) yang tidak memiliki buku pelaut (Seaman book), serta belum mahir dalam BST maupun keterampilan menangkap dan menangani ikan. Manajemen PT HLS mengatakan bahwa Atak selaku bos perusahaan tidak bisa ditemui oleh sembarangan orang.

"Bapak harus telepon dulu. Biar pak Atak koordinasi ke saya. Karena pak Atak itu bukan orang sembarangan, hanya orang-orang penting di Batam saja yang bisa bertemu dengan beliau," ungkap salah satu petugas security berkulit hitam dan rambut gondrong, Jumat (30/6/2017) saat dikonfirmasi ke gudang yang sekaligus pelabuhan di jembatan II Barelang.

Sang security itu pun menjelaskan, bahwa manajemen yang ada tidak bisa untuk ditemui. Sebab, semua urusan harus melalui sang bigbos yakni Atak.

"Manajemen memang ada pak. Tapi, kalau izin dari pak Atak tidak ada, sama saja mereka juga tidak bisa ditemui," pungkasnya dengan nada sombong.

Sementara itu, diwaktu yang bersamaan awak media ini pun mencoba menghubungi nomor telepon Atak sang pemilik PT HLS, akan tetapi tidak dapat aktif.



Diberitakan sebelumnya, ratusan ABK yang bekerja di kapal penangkap ikan milik PT HLS disinyalir kuat tidak memiliki dokumen atau samasekali belum pernah mengikuti pelatihan khusus. Mereka juga diberi upah dibawah UMK dan tidak dicover asuransi jiwa.

Salah satu mantan ABK berisial S, asal Sumatera Utara mengaku bahwa dirinya pernah bekerja sebagai ABK disalah satu kapal. Selama berlayar dirinya sangat takut akan gelombang laut, bahkan selama berlayar mereka hanya mendapat upah Rp 1 juta.

"Gaji kami berdasarkan hasil tangkapan Bang. Ya kalau hasilnya banyak, maka gaji lumayanlah," ungkap S, belum lama ini pada Buruhtoday.com.

S menceritakan keluh kesahnya salama berlayar menangkap ikan dilautan luas. Mereka bekerja seperti sapi perahan saat memuat ikan dari jaring kedalam kapal dan juga saat membongkar ikan sesudah sampainya didarat atau pelabuhan.

"Kalau kerjanya mati kalilah, makanya saya gak mau lagi ikut kapal itu bang. Sebab, kita kerja mati-matian yang enak malah Tekongnya," katanya.

Hingga berita ini diunggah, manajemen PT HLS selaku pemilik kapal yang mepekerjakan ratusan ABK tersebut belum berhasil dimintai keterangan.

red.