Penyakit HIV/AIDS Ancam Pertumbuhan Suku Asli Papua - BURUH TODAY

Breaking

BURUH TODAY

www.buruhtoday.com


Post Top Ad

Jumat, 06 Februari 2015

Penyakit HIV/AIDS Ancam Pertumbuhan Suku Asli Papua

Nabire,Buruhtoday.com - Penyakit HIV/AIDS mengancam populasi masyarakat Papua , dan bahkan semakin mengkwatirkan karena penularan HIV sudah tidak dapat lagi dikendalikan, situasi seperti ini sudah jelas akan mengganggu keberlangsungan hidup suku asli di Papua.

“ Saya datang ke Kabupaten Paniai, karena mendapat laporan bahwasannya ada empat marga penduduk asli meninggal karena HIV,” kata Pangdam XVII Cendrawasih, Mayjen TNI Fransen G Siahaan, pada acara tatap muka dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, di Nabire, Papua, Rabu (28/1/) malam.

Menurut dia, setidaknya terdapat dua faktor utama yang menyebabkan penularan HIV di Papua tumbuh dengan cepat. Pertama, maraknya minuman keras (miras). Kedua, perilaku seks bebas. Kedua kebiasaan negatif tersebut, lanjut dia, dapat membuat suatu bangsa mengalami fenomena lost generation. 

Berkaca dari hal itu, Fransen meminta agar Yohana Yembise dapat mengoordinasi pemerintah di pusat agar lebih peduli dengan masalah penularan HIV di tanah Papua.

Yohana sendiri mengamini pernyataan Fransen. Dia menilai miras adalah penyebab utama terjadinya perilaku seks bebas dan kekerasan di Papua.

“ Miras adalah akar permasalahan di Papua. Saya sendiri belum menemukan solusi yang jitu untuk menekan konsumsi miras di kalangan orang asli Papua,” sebut Yohana.

Keprihatinan terhadap tingginya kasus HIV di Papua juga diutarakan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Nabire, Yufinia Mote. Bahkan penularan HIV di Papua tidak lagi nyasar kepada kelompok beresiko, seperti pekerja seks komersial dan laki-laki pembeli seks. Penularan sudah sampai pada pihak ketiga, yakni ibu rumah tangga dan bayinya.

“ Di Nabire hampir setiap bulan ada sekitar 6 ibu yang kena HIV. dan diprediksi untuk 5-6 tahun lagi ke depan dan bisa-bisa habis orang asli Papua di sini,” ujar Yufinia.

Yufinia menceritakan, saat ini, banyak terdapat bayi di Nabire yang lahir tanpa memiliki ayah dan ibu karena meninggal akibat HIV. Pemkab Nabire pun masih kesulitan untuk mengurus pendidikan dan pengasuhan pada mereka. Dia menambahkan Nabire adalah kota ketiga dengan kasus HIV tertinggi di Papua, setelah Timika dan Jayapura.

Data Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Papua pada 2013, penderita HIV/AIDS secara akumulatif di Papua mencapai sekitar 24 ribu. Padahal, kata Yufinia, total penduduk di Papua tidak sampai 4 juta orang. Itu pun, mayoritas penduduk Papua pada saat ini adalah pendatang.

Guna menekan kasus penularan HIV di Papua, Yohana menyarankan agar para tokoh agama, adat, masyarakat, pemuda dan perempuan untuk mengambil langkah bersama melakukan pemahaman kesadaran mulai dari diri sendiri, keluarga dan kampung.

red / (Kabar Indonesia)