Imanuel : Masyarakat Karo Butuh Kerja Nyata Bukan Karya Nyata - BURUH TODAY

Breaking

BURUH TODAY

www.buruhtoday.com


Post Top Ad

Jumat, 23 Agustus 2019

Imanuel : Masyarakat Karo Butuh Kerja Nyata Bukan Karya Nyata

KARO – Membangun Kabupaten Karo yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk lebih 400.000 jiwa, dengan Dana Alokasi Umum ( DAU ) tidak pernah mencapai 1 Triliun, menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun yang akan maju jadi Bupati.
Ditambah lagi penduduknya mayoritas hidup dari sektor pertanian, sudah menjadi keharusan bagi seorang pemimpinnya sangat membutuhkan energi yang super bagi putra/putri terbaik Karo yang bakal maju menjadi calon Bupati 2020 nanti.
Hal ini sangat fundamental dan harus menjadi pemikiran masyarakat yang memiliki hak pilih kedepan. Sehingga pemimpin terpilih di 2020 nantinya memiliki kemampuan managerial dan mempunyai visi/misi yang pro kesejahteraan rakyat, terlebih dapat menjadikan pertanian Karo menjadi poros pertanian nasional yang berbasis kesejahteraan masyarakat.
Hal itu dijelaskan  Imanuel Dermawan Purba.SH, seorang praktisi hukum (pengacara) kepada media, saat berbincang di sosial media perihal menelisik kandidat bakal calon pemimpin Kabupaten Karo di tahun 2020 mendatang, Jumat (23/08/2019).
Katanya, pengelolaan pertanian, industri pertanian, infrastruktur, pariwisata dan pelayanan kemasyarakatan harus seiring dan saling mendukung sehingga pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang maksimal dan dapat berimbas kepada seluruh perbaikan fasilitas penunjang guna kepentingan masyarakat.
Tentu dalam mewujudkan itu, kita sekali lagi sangat butuh energi yang super dan tidak biasa biasa seperti selama ini yang mana berdampak melemahnya daya saing masyarakat terlebih antipatinya masyarakat terhadap urusan pemerintahan, katanya.
Ada beberapa perjuangan mega proyek yang terlupakan untuk disuarakan bersama sama terutama pembangunan Industri pertanian, touristm dan infrastruktur jalan. Contohnya pembangunan Tol Medan – Tanah Karo yang sekarang ini diteriakkan oleh komunitas, bukan suara bersama Masyarakat Karo yang terwakili oleh Bupati (Pemerintah Daerah TK.II Kabupaten Karo) dan DPRD TK.II Kabupaten Karo, sehingga gaungnya sangat miris, dimanakah KITA ??? Nyaman kah kita dengan jalan yang sekarang? Ini yang mungkin saya katakan butuh managerial dari seorang pimpinan dan sensitivitas anggota legislatif sehingga dapat memeneg sebuah isu untuk dijadikan sebuah terobosan baru yang booming dan yang hasilnya akan berdampak langsung ke masyarakat,. Seperti  kelancaran transportasi yang berimbas penurunan biaya lalulintas barang. Salah satu lagi contoh yang akan saya berikan adalah, dimanakah posisi tourism Karo diarus derasnya suport pemerintah pusat terhadap Otorita Danau Toba”?. Pernahkah isu ini diangkat sebagai bahan diskusi pemerintah dan tokoh masyarakat? Apa kira kira-kira endingnya? Apa kira kira dampak langsung dan tidak langsungnya ke Tanah Karo/ Masyarakat Karo,
Kalau tidak berhati hati memilih pimpinan daerah kedepan (2020) tentu akan berdampak langsung terhadap kemajuan atau kemunduran daerah, terlebih lagi kalau mengedepankan politik uang (money politics) maka sudah jaminan, kita tidak akan mendapatkan pemimpin yang memiliki energy super, tapi pimpinan yang akan super sibuk mengembalikan modal politiknya ditambah bunga selama periode kepemimpinannya.
Tidak bisa dipungkiri kalau politik pasti punya biaya tetapi masyarakat harus dapat membedakan antara cost potitics dan money politics, masyarakat Karo harus bersama sama melawan politik uang. Kalau memang mau membuat sejarah baru di tanah Karo, terutama kaum milenial dan swing potter (pemilih pemula) yang masih cenderung bersih dari hitamnya permainan politik kotor, tokoh pemuda sudah saatnya teriak nyaring dan vocal agar gaungnya bisa didengar oleh orang yang selalu di tokohkan dalam masyarakat. Sehingga bisa mendapatkan konsensus bersama untuk melawan politik uang, walau tanpa adanya deklarasi yang biasanya hanya kamuflase.
Kita sadar atau tidak, biasanya saat memasuki proses Pemilukada atau Pilkada, masyarakat di Kabupaten Karo akan terpecah. Semua tim akan berteriak tentang kehebatan calonnya dan sangat minim meneriakkan programnya. Tanpa disadari atau tidak, timses akan membangun jaringan mulai dari struktur dan keluarga untuk menjalankan agenda pemenangan yang berbasis memuluskan jalan si calon dengan menghitung satu kepala/jiwa dengan nilai nominal uang tertentu yang dinilai dari kerasnya suaranya atau besarnya biji matanya saat melotot. Bukan jaringan yang berbasis bemberikan pemahaman yang baik terutama program, visi misi dan komitmen sang calon dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara baik dan utuh.
“Letak strategis dan suburnya tanah/lahan pertanian di Kabupaten Karo, kita sudah seharusnya berpikir bersama untuk menjadikan Kabupaten Karo menjadi pusat kemandirian pertanian menuju pertanian kelas dunia. Mungkin yang membaca akan tertawa membaca statmen ini, tapi coba jujur dalam hati anda, pernahkan berpikir semenit saja mau dibawa kemana pertanian Karo?Adakah management dan cetak biru (blue Print) pertanian Karo mulai dari hulu ke Hilir (ladang – pasar – pembeli ), Adakah out put kebijakan tentang hal tersebut? Adakah Perda yang menempatkan Pusat Pasar/Pasar Induk dalam menampung transaksi hasil Pertanian yang layak bersih dan bisa diukur nilai transaksi dan sebagai bahan survei dalam mengambil kebijakan kedepannya serta perencanaan pembangunan Industri pertanian yang lebih bermanfaat? Sebagai penduduk dengan petani terbesar sudah layakkah itu semua kita miliki,” ujarnya.
Masih menurut Imanuel, “Kita harus bersama – sama memenangkan Karo bukan calonnya, sehingga siapapun yang memimpin, 100 % pengabdian, bukan cuma perbaikan nama dan keturunan, apalagi menguras anggaran untuk kepentingan pribadi/keluarga dan kelompok nya. Kita masyarakat Karo membutuhkan KERJA NYATA BUKAN KARYA KATA. Sudah saatnya kaum milenial bergerak karena secara riil merekalah yang menentukan siapa yang akan menjadi Bupati Karo 2020 nanti, karena 50% suaranya akan menjadi penentu PEMENANG, apakah yang terpilih pelaku MONEY POLITICS atau Pemimpin yang bersih yang memiliki kemampuan memanegerial tanah Karo menjadi karo yang modern yang memenuhi tiga syarat tata kelola yang baik (good governance) agar sebuah lembaga pemerintahan dapat berjalan baik, yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi.
Jika tiga hal itu dipenuhi maka yakinlah KARO akan melejit maju menjadi Karo yang moderen bermanfaat untuk semua lapisan masyarakat, baik yang ada di dalam diluar Karo dan berdampak pada masyarakat Indonesia.
Imanuel Dermawan Purba SH yang juga mantan Staff Khusus Gubernur Prov. Kepri 2016-2018 bidang Kesra dan Ketenagakerjaan, mengatakan, “Sebagai otokritik tuliskan ini juga saya sampaikan untuk menjawab beberapa isu yang akan keluar bila ada calon dari luar Taneh Karo yaitu, “Orang Luar Tanah Karo tidak paham tentang masalah yang ada di Karo”. Pandangan ini harus di buang jauh dan tidak akan membuat Karo menjadi lebih baik. Siapapun yang memimpin harus bisa membawa Karo menjadi lebih maju dari saat ini, itu yang harus menjadi tujuan dari pada isu-isu klise, yang tidak akan membawa Karo keluar dari semua permasalahan yang menjerat diantara gurita permasalahan yang ada.
Kita mencari pemimpin bukan mencari penguasa yang selalu ingin di layani. Kita mencari managerial bukan mencari manager dan kita mencari orang visioner, bukan pencari nama untuk punya sarana menghamburkan uang untuk kekuasaan.
Merga Siluman, Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh harus tetap menjadi penuntut agar kejayaan itu bisa didapat, maka Sikuning Kuningenlah agar semua mendapatkan kebaikan dan Kesejahtraan.” Bebernya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar