May Day Bagi Buruh - BURUH TODAY

Breaking

BURUH TODAY

www.buruhtoday.com


Post Top Ad

Selasa, 26 April 2016

May Day Bagi Buruh


Historis May Day menjadi pilihan bagi buruh untuk diperingati setiap tahun,  untuk menandai kegigihan perjuangan kaum buruh meraih kendali ekonomi-politis serta hak-hak dalam pergulatan industrial. Semua ditandai oleh kapitalisme industri hingga penghujung abad 19 dengan usaha melakukan perubahan secara mendasar mengenai tatanan ekonomi-politik, terutama di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat yang mengedepankan ideology kapitalisme

Itulah sebabnya dalam fitrah kaum buruh dan serikat buruh – termasuk LSM buruh – yang sejati dapat dipastikan mengusung paham sosialis. Dalam perkembangan berikutnya – sosialisme – memang menjadi semacam saudara kembar paham komunis. Karena sikap dan sifat kaum sosialis lebih cukup kental mengedepankan ikatan kebersamaan (seperti komunitas), kepedulian dan kesamaan derajat (kemerdekaan yang merupakan hak asasi setiap orang) seperti pemahaman bangsa Indonesia mengenai asas musyawarah mufakat.

Walhasil, pada 1 Mei 1886 kondisi buruh dan model perlakuan terhadap kaum buruh oleh pihak pengusaha yang kapitalistik pada zaman itu mampu didobrak kaum buruh dengan kebersamaan berhimpun dalam organisasi buruh, bukan dalam istilah organisasi pekerja. Keberhasilan dari perlawanan gigih kaum buruh ketika itu berhasil membuat perubahan besar, mulai dari disiplin dan pemotongan jam kerja yang terlalu panjang, hingga perbaikan tingkat upah yang sangat memperihatinkan. Demikian juga dengan kondisi buruk di lingkungan temoat bekerja, mengalami perubahan besar dari perjuangan dan perlawanan kaum buruh pada masa itu yang mengalami kesewenang-wenangan.

Aksi mogok dan unjuk rasa kaum buruh yang berjuang dan melakukan perlawanan terhadap rezim penguasa dan pengusaha dilakukan kaum buruh Cordwainers, Amerika Serikat pada tahun 1806. Aksi mogok dan unjuk rasa kaum buruh ketika itu memang terus berlanjut ke pengadilan sehingga berhasil juga mengangkat fakta bahwa kaum buruh tidak layak dijadikan sapi perahan, karena dipaksa bekerja setiap  hari selama 19 sampai 20. Masalah waktu bekerja yang sangat panjang ini menjadi topik utama yang mengemuka, disamping sejumlah masalah perburuhan yang buruk lainnya.

Sosok pejuang dan perlawanan kaum buruh yang berpuncak pada 1 Mei 130 tahun silam itu (1886), diantaranya adalah Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Semua itu bermula dari kisah pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut pengurangan jam kerja. 

McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara pada para pekerja dan para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. Hingga pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya ia medirikan sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago. McGuire sendiri menjabat sebagai Sekretaris Umum dari “United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America”. Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh Negara, termasuk Indonesia.

Sejarah  panjang  perjuangan dan perlawanan kaum yang dimotori oleh McGuire terus berlanjut pada  5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Dari Indonesia tentu saja belum ada organsiasi buruh yang tercatat sebaga anggota kongres.  Dalam acara kongres organsiasi buruh saat itu sepakat menetapkan tuntutan bersama untuk mereduksi jam kerja yang panjang menjadi delapan jam sehari.  Hingga tanggal 1 Mei tahun 1886 untuk menandai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions. Tanggal 1 Mei dipilih sebagai hari huruh Internasional karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, mengacu pada keberhasilan kaum buruh dan organsiasi buruh di Kanada 1872.

Peristiwa Haymarket, Polisi menembaki para demonstran disusul dengan perlawanan dari kaum buruh, erat kaitannya dengan sejarah menetapkan hari buruh dunia pada 1 Mei (May Day). Kecuali itu, pada  1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari yang dimulai pada 1 Mei hingga 4 Mei 1886. Dukungan dan aksi solidaritas bermunculan dari berbagai Negara yang juga menuntut perlakuan lebih adil dan manusiawi bagi kaum buruh. Hingga akhirnya Kongres Sosialis Dunia pada Juli 1889, menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dalam bentuk resolusi yang menebar ke segenap penjuru mata angin dunia sampai sekarang.

Masalahnya, apa artinya perayaan May Day bagi kaum buruh dan organsiasi buruh di Indonesia sekarang yang masih mengalami penekanan, penindasan, hambatan untuk berorganisasi atau berserikat (union busting), upah murah ? Demikian juga dengan keberadaan organisasi buruh yang semakin cenderung mengembangkan sikap bersaing dan memusuhi oragnisasi buruh yang lain misalnya ? Dan bagaimana kondisi obyektif dari kesejahteraan para aktivis dan segenap fungsionaris organisasi buruh sendiri setelah sekian tahun berjuang ?

Sepertinya, perayaan May Day kali ini hendaknya dapat dijadikan momentum yang lebih bermakna  untuk merenungkan hakekat dari perjuangan kaum buruh dan pengorbanan organisasi buruh yang telah dilakukan.  Sebab kesejahteraan kaum buruh yang diperjuangkan selayaknya berimbang dengan kesejahteraan aktivis buruh maupun  fungsionaris organisasi buruh yang ada.  

Mungkin penghargaan yang sepatutnya diberikan tidak perlu berlebihan, namun setidaknya cukup memaknai hakekat kesetaraan, kebersamaan, keadilan untuk kesejahteraan. Intinya, perayaan May Day hendaknya jangan sekedar hura-hura dan pelampiasan egosentrisitas dan maniak kekuasaan. Juga tidak perlu perayaan May Day dimaksudkan untuk menggagahi sesama aktivis dan sesama fungsionaris buruh yang lain, termasuk keinginan pamer kepada para pengusaha maupun rezim penguasa. Karena wujud nyata dari kesejahteraan yang berkeadilan bagi kaum buruh sesungguhnya dicerminkan juga oleh kesejahteraan yang berkeadilan bagi aktivis dan fungsionaris organisasi buruh yang ada.

Perayaan May Day adalah wujud nyata dari penghargaan kaum buruh dan fungsionaris organisasi buruh serta segenap aktivis perburuhan terhadap mereka yang telah berjasa dan mendedikasikan untuk memperbaiki kondisi hidup dan kehidupan kaum buruh agar lebih layak dan manusiawi. Selebihnya hanya cacatan sejarah semata yang bisa dipetik, jika masih rendah hati ingin belajar dari para pendahulu kita, tanpa harus mencela kekurangan dan kelemahannya. ***

Penulis : En Jacob Ereste.