Diskusi bersama Mahasiswa, Yanrico : Setahun Pemerintahan Jokowi-JK Sangat Mengecewakan
Jakarta,Buruhtoday.com - Mahasiswa saat ini sudah berbeda seperti mahasiswa dahulu. Kalau dulu mahasiswa disebut sebagai agen perubahan, saat ini sertinya sudah tidak lagi. Dalam konteks pemerintahan Jokowi, memang setahun cukup untuk memberi penilaian terhadap pemerintahan Jokowi. Mahasiswa bersama HMI disebut dalam katagori kelalaian.
Karena nilai tidak bisa dikatakan, tetapi harapan rakyat tidak memuaskan. Mahasiswa sekarang masih memerlukan dukungan dari aktivis dan kaum pergerakan yang ada. Karena kesadaran dan kepedulian harus diakui meredup semangatnya. "Banyak diantara mahasiswa yang tidak menyadari sebagai agen perubahan yang sangat diharapkan masyarakat." tandas Yanrico.
Dia mengakui, pemahaman dan penghayatan mahasiswa pada Tri Dharma Perguruan TInggi memang semakin meluntur. Mahasiswa lebih dominan ditekan oleh keluarga agar cepat selesai lalu memperoleh pekerjaan. Demikian topik diskusi ForJIS (Forum Jaringan Islam Sosialis) bertajuk evaluasi "Setahun Pemerintahan Jokowi-JK dan Meredupnya Kedasaran dan Kepedulian Mahasiswa Indonesia sebagai Agen Perubahan" di Wisma HOS. Tjokroaminoto Jl. Taman Amir Hamzah No. 2 Jakarta, Jum'at 23 Oktober 2015.
Dalam perspektif politik, adanya KIH dan KNP telah menimbulkan kegaduhan politik. Dan dalam masalah hukum, Jokowi jelas terkesan sangat lamban. "Seperti penanganan kabut asap saja mendapat reaksi keras khususnya dari masyarakat Sumatra Barat".
Akibatnya memang tidak cuma sekedar kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sangat berpengaruh pada kegiatan ekonomi. Bahkan lebih luas pengaruhnya terhadap aspek kehidupan lainnya bagi masyarakat yang terkena dampak asap akibat pembakaran hutan dinilai sangat lamban ditangani oleh pemerintah.
Kalau di desa ada pembakaran hutan, maka di kota ada pembakaran rumah ibadah. "Ini semua jelas terkesan lambat ditangani". Menurut pihak inteligen saja, masalah Tolikara sudah diketahui jauh sebelum kejadian terjadi, imbuhnya.
Namun sekali lagi, keterlembatan antisipasi dan penangan sangat amat terlambat. Itulah realitas dari pemerintahan Jokowi-JK yang dipahami mahasiswa, ujarnya.
Sebagai pengurus HMI Cabang Jakarta, Yanrico memahami kecenderungan kesalehan pertikal yang selalu dijadikan acuan, namun kesalehan sosial yang lebih memposisikan perhatian dan kepeduaian kepada masalahah masyarakat terkesan telah diabaikan. Karenanya konsolidasi yang lebih bersifat internal keorganisasian atau peranan mahasiswa sebagai agen perubahan dan kotrol sosial menjadi keharusan sebagai prioritas utama dalam membangun kembali sikap kritis dan militansi mahasiswa.
Kemerosotan kesadaran dan kepedualian di kalangan mahasiswa diakui Yanrico juga ditandai oleh minat membaca, apalagi melakukan kajian-kajian mendalam tentang suatu masalah. Apalagi kemudian cenderung asyik bermain-main dengan media sosial yang tidak memiliki nilai apa-apa mengenai keilmuan. Media sosial cenderung digunakan sebagai sarana untuk menghibur diri dan berhalai balai belaka. Selaku moderator, M. Nur Lapong SH menambahkan, gerakan mahasiswa memang harus menemukan paradigma untuk keluar dari kungkungan yang membelenggunya selama ini. (Sumber SBSINews.com/Jacop Ereste)