Buruh Ancam Boikot Pilkada Kediri Karena Tidak Pernah di Perhatikan Pemerintah - BURUH TODAY

Breaking

BURUH TODAY

www.buruhtoday.com


Post Top Ad

Selasa, 09 Juni 2015

Buruh Ancam Boikot Pilkada Kediri Karena Tidak Pernah di Perhatikan Pemerintah

Kediri,Buruhtoday.com - Puluhan buruh PT Koreana Seed Indonesia(KSI) menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati Kediri di Jalan Soekarno-Hatta. Buruh mengacam akan memboikot kepala pemerintah jika tidak mampu mengatasi konflik perburuan yang menimpa ratusan karyawan tersebut.

“Kami menuntut kejelasan nasib 135 karyawan yang di-PHK sepihak,” kata Benny Aristya, Divisi Advokasi Serikat Buruh Tempat Kerja Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia PT KSI, Selasa(9/6/2015).

Benny mengatakan, sejak menerima pemutusan hubungan kerja sepihak oleh PT KSI pada Januari 2015, hingga kini perusahaan tak memberikan satu pun kompensasi ataupun hak kepada karyawan. Sebelumnya, perusahaan berjanji akan mempekerjakan mereka kembali saat kondisi perusahaan membaik.

 "Perusahaan hanya memberikan janji-janji manis saja pada keryawan, Pemerintah harus bertindak tegas dalam membela kaum buruh yang tertindas."pintanya.

Sementara itu, Jarwati 46 tahun, seorang pekerja PT KSI, merasa pemutusan hubungan kerja menjelang Lebaran merupakan pukulan berat baginya dan keluarga. Perempuan yang telah mengabdi selama 15 tahun di PT KSI ini merasa tak mendapat perlakuan manusiawi oleh perusahaan dan pemerintah. 

“Kami sekeluarga tak mendapat nafkah apa-apa sejak diputus kerja,” ujarnya.

Bupati Kediri, Haryanti, yang memiliki latar belakang keluarga pengusaha, justru dituding berpihak pada pemilik PT KSI. Karena itu, para karyawan bersumpah tak akan lagi menggunakan hak suara mereka dalam pemilihan kepala daerah serentak pada Desember mendatang.

Pantauan dilapangan, puluhan buruh datang ke kantor Bupati Kediri melakukan aksi unjuk rasa dengan mengendarai sepeda motor, Perusahaan yang memproduksi varietas bibit pertanian untuk ekspor dan lokal ini didominasi buruh kaum perempuan dan tampak mengajak anak-anak mereka yang masih kecil untuk menuntut haknya. (Sumber tempo.co )